Minggu, 06 Juli 2008

DUNIA DALAM PANDANGAN ISLAM


MUQODDIMAH

Pujian hanyalah milik Alloh U, Robb sekalian Manusia. Dialah yang telah meninggikan langit dan membentangkan bumi sebagai tempat tinggal bagi makhluk-Nya. Sholawat beriring salam semoga senantiasa tercurah atas beliau Nabiyulloh Muhammad r, kerabat beliau, sahabat serta pengikut beliau yang setia hingga akhir zaman kelak.

Pada awal penciptaannya, manusia ditempatkan dalam sebuah wadah kokoh dalam perut seorang ibu yang disebut dengan Rahim. Dari sinilah awal perjalanan hidup manusia dimulai. Kemudian manusia lahir ke dunia untuk menjalani fase kehidupan berikutnya. Pada fase inilah manusia akan dihadapkan pada berbagai macam pernak-pernik hidup yang harus dilalui sebagai satu-satunya jalur menuju gerbang akhirat.

Dunia adalah terminal kedua dalam fase perjalanan hidup manusia.Lazimnya sebuah terminal, tentunya ia hanya dijadikan sebagai tempat transit sementara sebelum perjalanan berikutnya dilanjutkan. Namun, ternyata dunia adalah lebih dari sekedar apa yang sebut dengan nama Terminal. Ia memiliki berbagai macam keindahan yang mampu menyihir siapapun yang singgah didalamnya. Tak ayal jika akhirnya banyak diantara manusia yang memilih menetap didalamnya. Keindahan serta kenikmatan yang dimilikinya menjadikan manusia lalai dari hakekat tujuan hidup mereka yang sesungguhnya. Kesibukannya pun berubah menjadi pengumpul dunia yang telah diperbudak oleh hawa nafsunya sendiri. Rasa hausnya terhadap dunia terus bertambah, mana kala ia mampu memperoleh apa yang ia impikan. Ibarat meminum air laut, bukan dahaga yang sirna, justru rasa haus yang semakin menyiksa.

Disisi lain ada sekelompok manusia yang terlalu ihmal (meremehkan) dalam mensikapi dunia. Mereka beranggapan bahwa dunia adalah barang yang sangat hina, Sehingga mereka pun tidak mau mengambil bagian mereka di dunia walaupun sedikit. Iapun akhirnya berlepas diri sepenuhnya dari dunia. Bahkan untuk sekedar memenuhi kebutuhan yang merupakan suatu hal yang pokok tidak dilakoninya.

Lantas bagaimana hakekat dunia sebenarnya, bagaimanakah seharusnya seorang mukmin mensikapinya, serta seberapa besar bagian yang boleh diambil oleh seorang mukmin dari kenikmatan dunia ?

A. Makna dan Hakekat Dunia

a. Makna dunia

Dunia dalam bahasa arab diambil dari kata kerja دنا – يدنو- دنواً yang berarti dekat. Jika dikatakan دنيـــت بين اللأمرين maka maknanya adalah aku telah mendekatkan keduanya.[1]

Syeikh Muhammad bin Sholih Al ‘Utsaimin dalam Syarh Riyadush Sholihin mengatakan : “Dunia adalah kehidupan kita saat ini, dimana kita hidup didalamnya. Disebut dengan dunia dikarenakan dua sebab : Pertama adalah karena ia lebih rendah dari akhirat dan juga karena dunia adalah negeri sebelum akhirat. Sebagaimana dalam firman Alloh U, “Dan sesungguhnya akhirat itu lebih baik daripada kehidupan dunia”. (Ad Dhuha : 4). Kedua adalah Karena dunia adalah hina,rendah serta tidak berharga sama sekali bila dibandingkan dengan akhirat. Sebagaimana yang disebutkan dalam sebuah hadits bahwa Nabi r bersabda : “Sungguh tempat cemeti salah seorang diantara kalian di Jannah itu lebih baik daripada dunia dan apa yang ada didalamnya”. (HR. Ahmad).[2]

b. Hakekat dunia menurut Al Qur’an

Alloh U menyebutkan didalam Al Qur’an tentang beberapa hakekat dunia, diantaranya :

1. Dunia adalah mata’

Alloh U berfirman :

. وَفَرِحُوا بِالْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا فِي الْآَخِرَةِ إِلَّا مَتَاعٌ

“…Dan mereka bergembira dengan dengan kehidupan di dunia, padahal kehidupan dunia itu (dibanding dengan) kehidupan akhirat, hanyalah kesenangan (yang sedikit)”. (QS. Ar Ro’d : 26)

Imam Asy Syaukani dalam Fathul Qodir menafsiri ayat ini mengatakan: “maksudnya adalah tidaklah dunia itu melainkan kesenangan sedikit. Dikatakan juga bahwa maknanya adalah kesenangan yang sedikit yang akan sirna”.[3]

Didalam ayat yang lain Allah U berfirman :

يَا قَوْمِ إِنَّمَا هَذِهِ الْحَيَاةُ الدُّنْيَا مَتَاعٌ وَإِنَّ الْآَخِرَةَ هِيَ دَارُ الْقَرَارِ

“Hai kaumku, sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah kesenangan (sementara) dan sesungguhnya akhirat itu negeri yang kekal”. (Al Mukmin : 39)

2. Dunia adalah mata’ul ghurur

Alloh U berfirman :

وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا مَتَاعُ الْغُرُورِ

Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan”. (QS. Ali ‘Imron : 185)

Diriwayatkan dari Ibnu Abi Hatim dari Qotadah, firman Alloh U, “ Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan”. Beliau berkata : “Dunia adalah kesenangan yang akan ditinggalkan serta didiamkan yang akan Alloh U lenyapkan dari pemiliknya….”[4]

3. Dunia adalah mata’un qolil

Alloh U berfirman :

قُلْ مَتَاعُ الدُّنْيَا قَلِيلٌ وَالْآَخِرَةُ خَيْرٌ لِمَنِ اتَّقَى وَلَا تُظْلَمُونَ فَتِيلًا

...Katakanlah: “Kesenangan di diunia ini hanya sebentar dan akhirat itu lebih naik untuk orang-orang yang bertakwa dan kamu tidak dianiaya sedikitpun”. (QS. An Nisa’ : 77)

Diriwayatkan dari Ibnu Al Mundzir, Ibnu Abi Hatim dan Abu Syaikh dari Hisyam, beliau berkata : Imam Hasan Al Basri membaca ayat “Kesenangan di diunia ini hanya sebentar”, maka beliau berkata: “Semoga Alloh U merahmati seorang hamba yang bisa menjaga diri dari hal itu. Tidaklah semua kesenangan dunia dari yang pertama hingga yang terakhir melainkan seperti seorang yang tertidur lantas ia bermimpi dengan sesuatu yang disenanginya kemudian ia terbangun hingga ia tak lagi melihat sesuatu apapapun”.[5]

Dari Ibnu abi Hatim dari Maimun bin Mahron berkata : “Dunia itu sedikit (kenikmatannya), dan sungguh telah hilang sebagian besar (kenikmatanya) yang sedikit, dan yang tersisa hanyalah sedikit dari (kenikmatan dunia) yang sedikit”.[6]

4. Dunia adalah senda gurau dan main-main

Alloh U berfirman :

وَمَا هَذِهِ الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا لَهْوٌ وَلَعِبٌ وَإِنَّ الدَّارَ الْآَخِرَةَ لَهِيَ الْحَيَوَانُ لَوْ كَانُوا يَعْلَمُون

“Dan tidaklah kehidupan dunia ini melainkan senda gurau dan man-main. Dan sesungguhnya akhirat itulah yang sebenarnya kehidupan, kalau mereka mengetahui”. (QS. Al ‘Ankabut : 64)

Imam As Sa’di dalam tafsir As Sa’di berkata, “((Dan tidaklah kehidupan dunia ini))”,yakni pada hakekatnya,” ((melainkan senda gurau dan man-main))”. Yakni memalingkan hati dengannya (dunia), serta menyibukkan anggota badan dengan bermain dengannya. Disebabkan apa yang Alloh ciptakan didalamnya dari berbagai perhiasan dan kenikmatan serta syahwat yang mengikat hati yang tengah berpaling, menjadikan indah dalam pandangan mata yang lalai, memberikan kesenangan palsu pada jiwa yang tersihir, kemudian ia akan lenyap seketika, serta hilang seluruhnya sehingga pecintanya tidak mendapatkan apa-apa selain penyesalan, keletihan dan kerugian”.[7]

c. Hakekat dunia menurut sabda Nabi r

Diriwayatkan dari Masturidi bin Saddad t berkata : Rosululloh r bersabda :

مَا الدُّنْيَا فِي الْآخِرَةِ إِلَّا مِثْلُ مَا يَجْعَلُ أَحَدُكُمْ إِصْبَعَهُ فِي الْيَمِّ فَلْيَنْظُرْ بِمَ تَرْجِع

“Tidaklah dunia itu dibanding dengan akhirat melainkan bagaikan salah seorang kamu memasukkan jari tangannya kedalam lautan, maka perhatikanlah apa yang dibawa oleh jari itu ?”. (HR. Muslim)

Dari jabir t bahwasanya Rosululloh rberjalan melewati pasar sementar orang-orang berjalan di kanan kiri beliau. Beliau melewati seekor anak kambing yang telinganya kecil dan sudah menjadi bangkai. Beliau lalu mengangkatnya dan memegang telinganya kemudian bersabda : “siapa diantara kalian yang mau membeli ini dengan satu dirham (saja)?“ Mereka menjawab:“Kami tidak mau membelinya dengan apapun. Apa yang bisa kami perbuat dengannya?“ Kemudian beliau bertanya: Apakah kamu suka ia milikmu?“ Mereka menjawab:“Demi Alloh seandainya ia hidup ia aib (cacat), ia bertelinga kecil lalu bagaiamana lagi ketika ia menjadi bangkai?“ Maka beliau bersabda:“Demi Alloh dunia itu lebih hina bagi Alloh daripada bangkai itu dalam pandangan kalian.“(HR.Muslim)

Dari Abu Hurairah t ia berkata:“Saya mendengar Rosululloh r bersabda:“Sesungguhnya dunia itu dilaknat dan dilaknat pula apa yang ada didalamnya kecuali dzikir kepada Alloh dan segala yang mendekatkan kepada-Nya, orang alim dan orang yang menuntut ilmu.“(HR. Tirmidzi dia berkata:“Hadits Hasan“)

Dari Sahal bin Sa’ad As Sa’idi t dia berkata:“Rosululloh r bersabda:“Seandainya dunia itu bernilai disisi Alloh seberat sayap nyamuk tentu Dia tidak akan sudi memberi minum pada orang kafir meskipun hanya seteguk air.“(HR. Tirmidzi, dia berkata:“Hadits Hasan Shohih“)

d. Hakekat dunia dalam pandangan para salaf

Malik bin Dinar rohimahulloh berkata, “Selamatkanlah dirimu dari ahli sihir itu (dunia). Hati ulama pun akan terpesona olehnya.”

Fudhail rohimahulloh berkata, “Jika aku memiliki harta satu dunia dan perhitungan pada hari hisab pun tidak ada, namun aku akan membencinya seperti kamu membenci bangkai binatang dan takut baunya akan terkena pakaianmu.”

Suatu ketika di hadapan Hasan Basri rohimahulloh, sedang dibicarakan mengenai dunia, maka beliau berkata,

“Dunia seumpama mimpi orang-orang yang sedang tidur atau seperti bayang-bayang yang sedang bergerak. Orang-orang berakal tidak dapat diperdaya olehnya.”

Diantara orang salaf ada yang berkata pada teman-temannya,”Pergilahlah kalian hingga dunia diperlihatakan kepada kalian.”Lalu bersama mereka dia beranjak ke tempat pembuangan sampah, lalu berkata lagi,”Lihatlah gambar buah-buahan, ternak, madu dan minyak samin yang dimiliki manusia dalam tumpukan sampah ini.”

B. Dunia dalam pandangan seorang mukmin

Bagi seorang mukmin, dunia adalah sarana, bukan sebuah tujuan. Sebuah cara pandang yang menjadi batu loncatan yang kokoh dalam menapaki terjalnya jurang kehidupan dunia. Satu cara pikir yang menjadikan amal kesehariannya sangat berbeda dengan kebanyakan orang yang hanya memperturutkan hawa nafsu dunia. Dunia ada ditangannya dan akhirat ada dihatinya, sehingga ia tak akan risau bila dunia lari darinya, Karena ia sebatas kail untuk menangkap ikan, bukan ikan itu sendiri.

a. Dunia sebagai ladang amal

Didalam sebuah hadits Rosululloh r pernah bersabda:

الْكَيِّسُ مَنْ دَانَ نَفْسَهُ وَعَمِلَ لِمَا بَعْدَ الْمَوْتِ وَالْعَاجِزُ مَنْ أَتْبَعَ نَفْسَهُ هَوَاهَا وَتَمَنَّى عَلَى اللَّهِ


”Orang yang cerdas adalah orang yang mampu menahan hawa nafsunya dan beramal untuk kehidupan setelah mati, sedangkan orang yang lemah adalah orang yang mengikuti hawa nafsunya dan berharap ampunan dari Alloh U”.(HR.Tirmidzi)

Seorang mukmin menjadikan dunia sebagai tempat untuk memperbanyak amal (perbuatan baik) bukan amal (angan-angan). Karena kesempatan berupa umur yang diberikan sangatlah sedikit, sedang perjalan panjang membutuhkan bekal yang tidak sedikit.

Rosululloh r terus mengingatkan umatnya untuk senantiasa memperbanyak amal sholih. Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan dari Abu Hurairah t bahwasanya Rosululloh r bersabda: “Bersegeralah beramal sebelum datangnya fitnah-fitnah seperti potongan-potongan malam yang gelap gulita; (yang mana) seseorang di pagi hari menjadi mukmin dan di sore hari (berubah) menjadi kafir, dia menjual agamanya dengan sedikit perhiasan dunia.”(HR. Muslim).

Allah U berfirman dalam surat At Taubah ayat 105 :

“Dan katakanlah : “Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rosul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu…”

Surga dan ridho Allah U adalah tujuan utama seorang mukmin. Amal sholih adalah bekal yang akan menghantarkan dirinya pada perjumpaan dengan Robbnya kelak. Allah U berfirman :

”Barangsiapa mengharapkan perjumpaan dengan Robbnya maka hendaklah ia mengerjakan amal sholih dan jangn mempersekutukan seorangpun dalam beribadah kepada Robbnya”.(QS. Al Kahfi : 110)

Rosululloh r juga memberikan isyarat bahwa dengan terus beramal lah seseorang akan dimudahkan menuju apa yang menjadi tujuannya. Nabi r bersabda :

اعْمَلُوا فَكُلٌّ مُيَسَّرٌ لِمَا خُلِقَ لَه

“Bekerjalah!, maka sesungguhnya masing-masing akan dimudahkan menuju apa yang telah diciptakan untuknya.”(HR. Muttafaq ‘alaih)

Dus, dunia adalah ladang amal, maka sebuah kedzoliman bila seseorang memanen sebelum saatnya dipanen. Dunia adalah tempat beramal sedang akhirat adalah tempat dimana seseorang akan mengetam hasjil usahanya.

  1. Dunia sebagai darul ibtila’ (tempat ujian)

Manusia diciptakan bukan tanpa tujuan. Adanya perintah dan larangan adalah sebagai bentuk ibtila’(ujian) yang harus dilaluinya. Tujuan dari ujian itu adalah untuk memilih siapa diantara hamba-hamba-Nya yang paling baik amalannya dan yang paling bersyukur terhadap karunia-Nya. Allah U berfirman :

“Maha suci Allah Yang ditangan-Nyalah segala kerajaan, dan Dia Mah Kuasa atas segala sesuatu. Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa diantara kamu yang paling baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.”(QS. Al Mulk : 1-2)

“Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari setetes air mani yang bercampur, yang Kami hendak mengujinya (dengan perintah dan larangan), karena itu Kami jadikan ia mendengar dan melihat. Sesungguhnya Kami telah menunjukinya jalan yang lurus; ada yang bersyukur dan ada pula yang kafir.”(QS. Al Insan : 2-3)

Manusia akan senantiasa diuji sepanjang ia masih bernafas. Namun kadar ujian yang diberikan tidaklah sama, namun tergantung pada besar dan kecilnya keimanan seseorang. Nabi r bersabda :

فَيُبْتَلَى الرَّجُلُ عَلَى حَسَبِ دِينِهِ فَإِنْ كَانَ دِينُهُ صُلْبًا اشْتَدَّ بَلَاؤُهُ وَإِنْ كَانَ فِي دِينِهِ رِقَّةٌ

ابْتُلِيَ عَلَى حَسَبِ دِينِهِ فَمَا يَبْرَحُ الْبَلَاءُ بِالْعَبْدِ حَتَّى يَتْرُكَهُ يَمْشِي عَلَى الْأَرْضِ

مَا عَلَيْهِ خَطِيئَةٌ

Seorang hamba diuji berdasarkan kapasitas diennya(imannya), maka imannya kuat akan ditambah (keras) ujiannya dan jikalau imannya menurun (menipis) maka akan diuji sesuai dengan kadar keimanannya itu. Dan seorang hamba akan terus ditimpa ujian, sehingga Allah akan membiarkannya berjalan dimuka bumi, sedang ia tidak memiliki kesalahan sedikitpun.”(HR. Tirmidzi)

Ujian tidak selamanya identik dengan kesusahan maupun kehidupan yang sempit, namun dunia dan kenikmatan yang ada didalamnya juga merupakan ujian bagi manusia. Allah U berfirman :

“Tiap-tiap jiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada kamilah kamu dikembalikan.”(QS. Al Anbiya’ : 35)

Bahkan terkadang ujian kesenangan lebih dahsyat fitnahnya disbanding dengan ujian yang berupa kesusahan hidup. Berapa banyak orang yang mampu bersabar dengan kesempitan hidup, namun ia terbuai dan lalai ketika diuji dengan kesenangan dunia.

  1. Dunia Jembatan menuju akhirat

Dunia bukanlah tempat tinggal, ia hanyalah tempat transit sementara atau bisa dikatakan jembatan menuju neger keabadian yaitu negeri akhirat. Berlama-lama didalamnya hanya akan menjadikan seseorang lupa akan tujuan akhir dari perjanannya. Nabi r bersabda :

كُنْ فِي الدُّنْيَا كَأَنَّكَ غَرِيبٌ أَوْ عَابِرُ سَبِيلٍ

“Jadilah kamu didunia seperti orang asing atau orang yang melintas jalan.”(HR. Bukhori)

Nabi Isa ‘Alaihissalam pernah bersabda: “Dunia ini laksana jembatan. Seberangilah jembatan itu dan janganlah kalian memakmurkannya.”

Maka cukuplah mengambil dunia sekedarnya saja sebagai bekal, karena dunia mampu menyihir orang yang berlama-lama bersamanya.


[1] Ash Shohah fi Al Lughoh, Al Jauhary, Maktabah Syamilah, 1/215

[2] Syarh Riyadush Sholihin, IbnuUtsaimin dan Ibnu Baaz, 2/171

[3] Fathul Qodir, Imam Asy Syaukani, 3/99

[4] Ad Durul Mantsur fi Tafsir Al Ma’tsur, Imam Asy Syuyuti, 2/400

[5] Ad Durul Mantsur fi Tafsir Al Ma’tsur, Imam Asy Syuyuti, 2/594-595

[6] Ibid

[7] Taisirul Karim Ar Rahman fi Tafsir Al Kalam Al Mannan, Imam As Sa’di, Hal 762

1 komentar:

Unknown mengatakan...

Bismillah.. untuk footnote ke-2 itu dalam bab apa ya? hadits ke berapa? karena saya ingin langsung merujuk ke kitabnya. jazakallahu khoiron